Sejumlah agen pemegang merek otomotif memperkirakan kondisi pasar mobil pada tahun depan tidak berbeda jauh dengan tahun ini. “Tetap di kisaran satu juta unit,” kata Direktur Pemasaran PT Astra Daihatsu Motor Amelia Tjandra akhir pekan lalu di Sentul, Bogor, Jawa Barat.
Menurut dia, stagnasi pasar ini disebabkan kondisi makro ekonomi ditambah nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang masih lemah, “Sehingga daya beli masyarakat juga belum akan menguat.”
Indikator lain yang membuat pelaku industri masih pesimistis ialah penjualan mobil tahun 2015 –yang tinggal menyisakan satu bulan lagi– belum memperlihatkan tanda-tanda perbaikan. Penjualan mobil secara wholesales (dari pabrik ke diler) pada November lalu tercatat hanya sebanyak 88 ribu unit. Jumlah itu turun 3,6 persen dibandingkan bulan yang sama tahun lalu. Meski tipis, kata Amelia, tapi ini menggambarkan kondis pasar yang belum bergairah.
Di tahun depan, Amelia menerangkan, pelaku industri harus lebih pintar menyiasati pelemahan ini dengan melakukan proram penjualan yang menarik buat konsumen. Masalahnya, pelemahan nilai tukar rupiah mau tak mau membuat produsen harus menaikkan harga jual mobil, karena harga bahan baku menjadi lebih mahal.
“Walaupun Daihatsu sudah memakai lebih dari 86 komponen lokal, tetap saja masih banyak material yang diimpor.” Menaikkan harga jual di tengah menurunnya daya beli, menurut dia, beresiko besar terhadap penjualan. “Menyiasatinya bisa membuat program cicilan murah.”
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia, sepanjang tahun ini penjualan mobil telah mencapai angka 941.008 unit. Ini artinya, target penjualan yang ditetapkan Gaikindo yang sebesar 950 ribu unit sudah hampir tercapai. Meski demikian, periode penjualan mobil tinggal menyisakan bulan Desember yang lebih pendek karena banyak terpotong musim libur akhir tahun, sehingga produsen tidak dapat berharap banyak.
Sementara itu, Direktur Keuangan dan Administrasi PT Toyota Astra Motor Darmawan Widjadja lebih optimistis menatap tahun depan. Dia memperkirakan penjualan kendaraan tahun depan bisa naik 5 persen. “Ya sekitar 1.050 unit lah secara keseluruhan.” Menurut dia, kehadiran sejumlah model baru di akhir 2015 ini menjadi pemicunya. “Walaupun masih di kisaran satu juta unit tapi kami berharap ada perbaikan.”
Darmawan menyatakan di tahun 2016 nanti Toyota masih akan melakukan penyegaran terhadap produk mereka untuk merangsang pasar. “Kami berharap dengan mobil baru penjualan akan lebih baik.” Selain itu, menurut dia, saat ini produsen harus lebih jeli menggarap segmen pasar yang tidak terlalu terdampak pelemahan ekonomi. “Kami harus menyasar segmen baru.”
Optimisme juga terlihat dari produsen kendaraan komersial Isuzu. Direktur Marketing PT Isuzu Astra Motor Indonesia Ernando Demily menyatakan optimistis pangsa pasar kendaraan komersial Isuzu pada tahun depan bisa naik 20 persen. “Indikatornya, pasar kami dalam tiga bulan terakhir menunjukkan peningkatan,” kata dia. Isuzu menargetkan kenaikan penjualan aecara total sebanyak 24 ribu unit.
Salah satu faktor yang bisa menggenjot penjualan ini menurutnya adalah penyegaran produk yang bakal dilakulan Isuzu. “Setidaknya akan ada tiga produk yang kami refresh.” Namun dia enggan membocorkan jenis produknya. Hal lain yang membuat Isuzu optimistis adalah mulai bergulirnya sejumlah proyek infrastruktur di akhir tahun dan awal 2016 mendatang. Segmen infrastruktur dan logistik saat ini merupalam tumpuan penjualan kendaraan Isuzu untuk kelas truk medium.
“Kalau tiga tahun lalu kami fokus di segmen pertambangan, sekarang kami beralih ke infrastruktur karena memang sektor pertambangan sedang lesu.” Jika dulu penjualan di segmen ini bisa mencapai 70 persen, saat ini menurut dia pangsa pasarnya menyusut hingga 30-40 persen.” Sementara di segmen transportasi, Isuzu masih merajai pasar kelas bus mikro. “Pangsa pasar kami masih bertahan di level 90 persen.” Ernando menyebut masih bergairahnya industri transportasi dan travel membuat mereka mampu mempertahankan prestasi tersebut.
Mulai bergulirnya sejumlah proyek infrastruktur dan paket kebijakan ekonomi pemerintah yang mulai berjalan menjadi tumpuan para produsen kendaraan. Amelia mengatakan, tidak dapat dipungkir bahwa belanja pemerintah adalah penolong utama pertumbuhan ekonomi nasional. “Apalagi sektor lain seperti konsumsi sedang lesu.”
Namun, kata dia, belanja pemerintah saja tidak cukup untuk mendorong pertumbuhan. “Kalangan sektor riil berharap pemerintah mengeluarkan kebijakan jangka pendek yang bisa langsung terasa dampaknya.” Sebanyak 4 paket kebijakan yang sudah dirilis pemerintah sejauh ini, menurut dia, belum banyak membantu perbaikan ekonomi. “Kalangan industri butuh kebijakan instan.”
Source:
SWA Online
Source:
SWA Online