photo: freightlinerinspiration.com |
Tahun 2015 ditandai dengan arah baru keselamatan bagi truk di Amerika Serikat (AS). Badan Keselamatan Transportasi Nasional AS (NTSB) minta agar perusahaan-perusahan makin fokus perhatiannya pada soal keselamatan truk. Itu termasuk teknologi anti-tabrakan, pembatasan jam menyetir bagi para sopir truk, serta pengetatan peraturan terhadap perusahaan angkutan yang armada truknya sering terlibat kecelakaan.
Seperti di Indonesia, bisnis armada angkutan barang di AS juga memainkan peran penting dalam urat nadi ekonomi. Namun demikian angka kecelakaan yang melibatkan truk juga meningkat. Pada 2013, sekitar 3.900 orang tewas dalam kecelakaan yang melibatkan truk.
Lembaga survey Frost & Sullivan mencatat, pada 2020 diperkirakan aka nada 917,069 sistem keselamatan truk, meingkat dari 409,417 pada 2013. Sistem keselamatan truk tersebut mencakup Driver Information Warning Systems (DIWS), Active Chassis Control Systems (ACCS), dan Integrated Safety Systems (ISS).
Riset dilakukan oleh Lakshmi Narayanan, seorang peneliti senior otomotif dan transportasi kendaraan niaga Frost & Sullivan. Menurutnya, hingga tahun 2010 pasar truk di masa datang salah satunya akan ditentukan oleh beberapa hal menyangkut keselamatan. Itu misalnya meningkatnya pemahaman pentingnya keselamatan di kalangan perusahaan angkutan, kian ketatnya peraturan, tuntutan perusahaan angkutan untuk menurunkan ongkos, serta makin berperannya sistem keselamatan transportasi.
“Beberapa sistem keselamatan seperti Integrated Safety Systems, Lane Departure Warning, and Blind Spot Detection diperkirakan akan berkembang pesat karena sangat membantu pengemudi menghindari kecelakaan, dan itu merupakan keuntungan bagi perusahaan angkutan,” kata Narayanan.
Source;
www.gaikindo.or.id